Info Sahabat

Perlu Bangga Pada Daerahnya

Ungaran,Dalam memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-19 Kota Ungaran, ibu kota Kabupaten Semarang, hari ini, masyarakat diharapkan perlu bangga pada daerahnya. Menumbuhkan kebanggaan pada Kabupaten Semarang masih relevan, terlebih banyak kalangan belum dapat membedakan Kota Semarang dengan Kabupaten Semarang. Tak jarang, masyarakat Kabupaten Semarang disebut warga Kabupaten Ungaran.

Pengamat Budaya Semarang Anwar Hudaya, Kamis (19/12), menilai, sejak kepindahan ibu kota Kabupaten Semarang dari Kanjengan-seputar Pasar Ya'ik, Alun-alun Johar-ke Kota Ungaran, 20 Desember 1983, ternyata masih menimbulkan tanda tanya terutama di kalangan generasi muda. Perpindahan yang terjadi semasa almarhum Bupati Semarang Iswarto, sampai saat ini, belum menegaskan keberadaan Kabupaten Semarang.

"Masyarakat Kabupaten Semarang sampai saat ini masih mencari identitas diri yang pas dan meyakinkan. Maunya seperti orang asal Wonogiri yang bangga menyebut dirinya dari Wonogiri yang terkenal sebagai penghasil bakso dan jamu atau orang Bali dengan tradisinya," kata Anwar Hudaya.

Sampai saat ini harus diakui, nama Bawen, Ambarawa, maupun Rawa Pening lebih terkenal dibanding Kabupaten Semarang atau Kota Ungaran. Kalau masyarakat di luar Jawa Tengah diperkenalkan pada Kabupaten Semarang, sering rancu menganggap sama dengan Kota Semarang. Pada kondisi demikian, seperti produk sebuah industri, nama Kabupaten Semarang cenderung menjadi generik yang sangat tidak menguntungkan guna bersaing dengan Kota Semarang.

Di kalangan generasi muda, setiap kali memperingati HUT Kota Ungaran selalu muncul gagasan mereposisi nama dari Kabupaten Semarang menjadi Kabupaten Ungaran. Daerah berpenduduk sekitar 1,2 juta ini, mencakup 17 kecamatan dengan 235 desa. Jarak Kota Ungaran dengan Banyumanik, daerah paling selatan Kota Semarang, kurang lebih enam kilometer. Tidak heran, perkembangan Banyumanik beberapa tahun ke depan akan mendesak Kota Ungaran. (Doni Item)



Riset Opini


Radio sahabat sejati Fm bersifat independen, non-partisan dan tidak berafiliasi pada partai politik maupun tokoh atau kelompok. Radio sahabat sejati didirikan oleh komunitas profesional, dan pro-demokrasi. sahabat sejati membuat riset opini publik terutama yang terkait dengan kontestasi politik seperti pemilihan umum nasional maupun daerah



Caleg bukan lagi milik Partai


Dengan direvisinya uu No. 10 tahun 2008 tentang Pemilihan umum anggota DPRD, DPRD Provinsi, DPR Pusat. menandakan tekanan partai kepada kadernya berkurang, nomor urut bukanlah sesuatu yang paling mendasar dalam penentuan hasil penetapan calon terpilih. BPP 30 % merupakan jawaban dari kebuntuan selama ini yang diniali masih menjadi tirani di partai politik tertentu.

Politik jual - beli kursi atau nomor urut saat ini dimentahkan oleh UU tersebut, yang ada hanya kekuatan personal kader partai politik dalam merangkum atau mengakomodir masa (konsituen) tentunya dengan program - program yang sangat realitas dan objektif.

Kekuatan kader partai politik tersebut di uji oleh sikap dan tingkah laku para caleg yang nota bene kader partai, apakah mampu menyediakan kebutuhan masyarakat sehingga membawa audien terpesona dan takjub akan kerja nyata dan perjuangan celeg tersebut.

dengan kata lain saat ini caleg bukanlah mutlak milik partai melainkan milik masyarakat yang luas, karena baik buruknya calon perwalikan rakyat akan berdampak pada kepecayaan masyarakat itu sendiri.

Partai Politik manapun tidak bisa mengklaim akan memenangkan suara terbanyak kalau kadernya malas bekerja dan tidak mau terjun kemasyarakat secara langsung.

Mau tidak mau mesin yang akan berjalan tidak hanya mesin partai itu sendiri melainkan mesin itu ada diri kader itu sendir dengan kata lain (self saleing), personality, sosiality dsb, belum lagi masalah biaya (cost politic) cukup memberatkan disebabkan pemilih sudah rasional dan pintar memilih

semoga tulisan ini menjadi pencerahan bagi masyarakat, partai Politik dan pembaca.